15.00
Never mind I'll someone like you...~
Ringtone itu dikhususkan untuk satu nomor yang tidak mungkin akan menelponnya lagi. Bahkan, hanya sekali nada itu pernah berbunyi di ponselnya sepanjang yang Sally tahu. Sekarang, nada itu sedang beralun lagi di ponselnya. Bukan, bukan Sally yang memainkannya.
"Halo? Oh, gitu. Em... Boleh. Emang kamu kapan balik? Oke. Haha, see you," hubungan terputus. Sejenak Sally memandangi layar kosong, menghela napas, dan kembali menulis laporan yang sejak matahari di atas ubun-ubun sudah dikerjakannya. Seharusnya laporan itu sudah selesai sejak 2 jam yang lalu. Sally mengerti semua indikasi dan poin-poin yang harus dijabarkannya. Namun, pikirannya terdistraksi. "Kupikir aku sudah melupakannya," lamunnya mengambang.
~~~
Sally baru megenal Saka saat SMA. Dia pindah ke Surabaya bersama kakaknya untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Saka bukan orang yang menarik perhatian, namun kepeduliannya akan sesama dan kepribadiannya cukup menarik. Itulah kesan pertama Sally tentang Saka. Saka boleh dibilang anak gaul, tapi sangat reserved dan menjaga dirinya. Selama dua tahun di SMA, Sally berjuang menyembunyikan suatu gejala aneh setiap bertemu dengan Saka. Apalagi kalau Saka duduk sebangku dengan dia, rasanya aneh, menyebalkan tapi dikangeninya. Saat Sally tidak tahan lagi, dia bercerita pada orang tuanya - yang menentangnya untuk berpacaran saat SMA - dan satu sahabatnya yang benar-benar dipercayainya.
Singkat cerita, Saka mengikuti ommnya untuk kuliah di Jerman, mengambil semacam jurusan ekonomi yang tidak pernah bisa dimengerti Sally. Saka pergi sebelum malam perpisahan anak kelas 3 SMA, menghilangkan kesempatan Sally untuk 'say goodbye'. Sally memutuskan untuk kuliah di Yogya, dengan pilihan kedua dari ujian negara yaitu Jurusan Matematik, pelajaran favoritnya dari dulu. Sally sendiri selalu mengatur waktu agar bisa pulang ke Surabaya, tapi waktunya tidak pernah sesuai dengan kepulangan Saka ke Surabaya. Itulah yang membuatnya pesimis bisa bertemu lagi. Lagipula, Sally bukan teman dekatnya. Tidak mungkin ia tahu jadwal kepulangan Saka. Pertemuannya dengan Saka kemarin membahagiakan, dan menyedihkan.
Kemarin, Sally mendengar dari Wandi - teman Saka dengan jurusan sama yang dulu sekelas dengan Sally - tentang pertemuan mereka dengan Nia, atau yang Sally kenal sebagai Steph. Wandi bercerita, Saka tiba-tiba jadi bersemangat jika bertemu Nia, tapi juga merasa takut. Saka berubah menjadi aneh kalau ada Nia. Dan tanpa pikir panjang mengiyakan saja ajakan Nia ke Yogya saat liburan musim panas.
"Apakah Steph menyukai Saka?" tanyanya setengah bercanda.
"Ga tahu, Sal. Cocok ga menurut kamu? Hahaha," Wandi terbahak. Tentu saja, Steph yang childish itu pasti sesuai dengan Saka yang dewasa. SALLY! PIKIRAN MACAM APA ITU?! Bukankah Saka itu imutnya bukan main dan juga sedikit manja? Dia cocok sama kamu, Sal! teriakan yang entah dari mana memenuhi kepalanya.
Sally tidak menanggapi candaan Wandi waktu itu. Dan sekarang rasanya dia pusing bukan main. Sebelum Steph ke Prague, dia sengaja menunda setahun waktu kuliahnya dan dalam penundaannya itulah Sally bertemu Steph. Steph memang orang yang asyik, cerdas, namun sedikit manja. Dan Sally tidak habis pikir kenapa kuliah harus ditunda. Steph itu punya segalanya dan tidak usah khawatir bila ingin mengecup kuliah di luar negeri. Belakangan, baru diketahuinya bahwa Steph sering labil dalam memilih berbagai hal, termasuk masalah jurusan. Hanya, hati Steph sudah tertambat pada satu orang dan katanya itu tidak akan berubah.
No comments:
Post a Comment