Pandanganku melayang ke bukit hijau yang tertata rapi. Seulas senyum muncul. Tempat ini, kampung halaman salah satu sahabat terbaikku. Sejuk, dingin, tidak membekukan. Rumput liar, jalan setapak di bukit, saksi bisu bahwa aku berada di Tongging, salah satu pemukiman di Sumatera Utara. Bersama 4 sahabatku, aku menyusuri Tongging. Pohon-pohon terlihat hijau dan rindang. Burung berkicauan, angin bertiup sepoi. Kami turun ke dekat danau. Menghirup udaranya, melihat suasananya, bahkan bermain air di danau membuatku terkenang akan dia. Toga, sahabat kami yang ini lahir di sini, juga pergi di sini.
Setahun lalu, kami berenam akan bereuni bersama di kampung tempat tinggal salah satu sahabat. Itu seperti tradisi bagi kami. Kami semua akan berkumpul di pulau Jawa, kecuali yang akan ditempati. Aku berada di bandara Adisucipto sekarang. Saat itu datang seorang gadis berkacamata mendekatiku. Belum sempat kami bertegur-sapa, ponselnya berbunyi.
Kring...Kring...
“Halo... Apa! Kenapa?......Ya sudah. Untung kami belum beli tiket......... Ya, nanti kita cari pemecahannya...Oke, bye...!” gadis berkacamata yang juga sahabatku menghela napas. Mungkin, ada kabar yang mengecewakan. “Ada apa, Ran?” tanyaku. Karena tak lekas dijawab, aku menyikutnya. “Hei!” sewotnya. Aku menahan tawa dan mengulang pertanyaan. “Huh, Sita bilang kalau dia membatalkan reunian kita di kampungnya,” jawabnya. Kata-katanya membuatku lemas. Sita berjanji pada kami berlima kalau ini gilirannya. Dan dia membatalkannya saat semua akan berkumpul! “Dia bilang akan mengganti rugi kalau kita sudah membeli tiket. Untung kita belum beli,” lanjutnya tanpa diminta. “Tahu nggak, dia ngebatalin karena dia sudah terlanjur beli tiket ke Jawa. Lupa kalau seharusnya di tempat dia,” katanya lagi. Aku bisa menangkap nada kesal Randa. Wajar saja, Randa adalah orang yang paling mempercayai Sita.
Waktu itu, hari masih pagi. Kami ingin pulang, tapi kami harus memberitahu yang lain. Maka, kami menanti dengan sabar. Satu-persatu Chris, Simon dan Toga mulai muncul. Kami menjelaskan masalahnya dan mereka terlihat agak kecewa. Namun, karena kami sudah bekerja, tak ada yang mempermasalahkan pengeluaran mereka. Kami berdiskusi untuk pemecahannya, saat Toga mencetuskan idenya. “Gimana kalau ke kampungku lagi?” ujarnya. “Tapi, ini belum pas satu putaran. Lagipula, aku tinggal di dekat Yogya. Yah, Solo tuh lebih dekat, kan?” protesku. “Iya, kalau kau sudah di sini, masa kembali lagi ke sana?” ujar Simon. Chris mengangguk menyetujui. “Tapi Elgi, tujuan kita bereuni di kampung tuh supaya kita berada di luar pulau kita sendiri kecuali yang ditempati, kan? Kalau ke tempatmu, padahal belum giliranmu, kamu gak keluar pulau!” Randa berkata tak sabar. “Kalau gitu, berarti bisa juga ke kampungku kan?” tanya Chris. Chris ini tinggal di Papua dan lahir di sana, tapi sebenarnya dia orang Indo. “Kasihan Sita. Masa setelah di Jawa, balik lagi ke lebih jauh sana?” canda Toga. Chris bisa langsung ke Sulut tanpa harus ke Jawa, tapi dia ini ada urusan di Yogya. Jadi, sekalian ikut bereuni. “Kalau ke kampung Toga, sama saja Ran. Toga gak keluar pulau kan?” tanyaku. “Setidaknya, Toga sempat ke sini, lalu balik lagi deh ke sana...” jawab Simon. Kami tertawa. Kami setuju ke kampung Toga lagi. Kami berterima kasih padanya atas kebaikannya. Sita yang menyusul kami sudah diberi tahu. Rencananya, kami mau hiking di bukit.
Sampailah pada hari yang dinantikan. Saat tiba di Tongging, hari sudah gelap. Kami memutuskan untuk beristirahat dulu. Esoknya, kami bangun pagi-pagi sekali. Kami bersiap untuk piknik dahulu di salah satu bukit nan hijau. Tapi sebelum pergi, ke-5 sahabatku ingin menyusuri sungai sebentar, naik ke bukit, lalu mengambil barang untuk piknik. Aku menganggap hal ini merepotkan, jadi aku tetap tinggal di penginapan. Entah kenapa, aku merasa tak enak. Sudah lewat 15 menit dari waktu yang ditentukan untuk menjemputku. Tiba-tiba, beberapa warga tergopoh-gopoh datang. “Ada kecelakaan! Teman-teman kamu ditabrak oleh mobil!”
Rasanya waktu berjalan lambat saat aku pergi ke rumah sakit yang merawat mereka. Mereka ditabrak dari arah berlawanan saat berkendara naik ke bukit. Karena jalan di sana sepi, sering orang berpikir untuk melaju cepat. Toga, yang menjadi supir, tidak pernah mengebut di jalan. Rupanya, mobil mereka sedang berkendara santai menaiki bukit. Tentu saja di lajur kiri. Tetapi, dari arah berlawanan muncul mobil yang meluncur cepat di lajur yang sama dengan mereka! Secara refleks, Toga membelokkan mobil ke lajur kanan. Tapi mobil itu mengenai mobil hampir separuh bagian dan menekannya ke dinding bukit. Toga dan Sita, yang duduk di bangku kanan, terhimpit di tembok bukit. Sita berhasil menghindar dari benturan mobil ke dinding, tapi Toga tidak. Sesegera mungkin aku ke tempat Toga dirawat. Aku minta dukungan doa para sahabat saat perawat dan dokter berusaha menolong. Lukanya sudah diperban. Tetapi ia kehilangan banyak darah. Ia tidak sadar selama hampir 2 jam lamanya. Saat ia terbangun, kami semua sudah lengkap di kamarnya. Ia tersenyum menghangatkan kami semua. “Terima kasih untuk persahabatan kita selama ini. Maafkan semua salahku yang ada, salam untuk keluargaku. Aku bahagia, kalian mendampingiku di saat seperti ini. Jangan lupakan aku,” ujarnya perlahan. Para perempuan, termasuk aku, meneteskan air mata yang tertahan. Chris dan Simon menghela napas berat, “Jangan bilang begitu, kamu...” Simon mulai serak. Hening, saat dia mengakhiri senyumnya dengan menutup mata dan garis di monitor menjadi lurus. Sita menjadi histeris dan memeluk Randa. Aku tak percaya, Simon dan Chris berpandangan. Paramedis segera turun tangan, tapi dia tak tertolong. Namun, dia terlihat tenang dan damai. Aku menjadi lega.
Saat ini, kami mengenangnya di reuni untuk kesekian kalinya. Toga memang sudah pergi, namun kami tetap ke Tongging. Tempatnya beristirahat dengan tenang. Sampai sekarang, aku tak tahu mengapa Tuhan memanggilnya begitu cepat. Yang pasti, Sita tak pernah lagi membatalkan sesuatu tiba-tiba. Kami juga hati-hati menyusun segala rencana dan selalu berdoa saat menyetir. Toga, banyak hal yang kami pelajari saat kamu pergi... Terima kasih ya, aku janji kami akan selalu ke Tongging, untuk membalasmu.
Baguuss ceritanya, mengharukan sekali...
ReplyDeleteInspire more people and keep doing your best!!! (Evelyne)
Thx ya..
ReplyDelete